Pujangga yang Lebih Suka Diam

Rajwa Aqilah
2 min readMar 26, 2023

--

Aku tidak pernah pandai bertutur kata. Bahasaku tidaklah indah dibanding pujangga lainnya. Aku tidak bisa mengukirmu dengan indah di dalam buku. Pun tidak bisa menjadikanmu puisi yang abadi hingga anak cucu kita kelak mengerti betapa manis senyum di wajah yang membuatku jatuh hati. Aku juga bukan pemusik yang pandai membuat lirik, barangkali kamu masih berharap akan mendengarnya sendiri melalui mulutku yang terkatup rapat ini.

Izinkan aku mencintaimu dalam diam. Biar saja keheningan malam yang menjadi saksi betapa besar perasaan yang tak pernah dituliskan. Biar jatuhnya air hujan wakilkan aku menyampaikan bahwa aku mencintaimu tanpa penantian, tanpa harapan akan mendapat jawaban dari pertanyaan yang tak pernah disampaikan.

Ada terlalu banyak angan yang tak bisa dianalogikan ketika aku sedang mencintai Tuan. Keinginan-keinginan untuk melakukan semua hal bersama banyak memaksa masuk ke dalam kepala. Bagaimana bila… menjadi kata kunci utama. Lucu bagaimana kata bagaimana yang kerap kubenci karena bersifat pengandaian kini menjadi kata favorit ketika sedang membicarakanmu (dalam hati tentu saja). Bagaimana bila suatu malam akhirnya kau menjemput di depan rumah dengan seikat mawar dan sapaan yang ramah? Bagaimana bila kita menonton film berdua? Bukan horor tentu saja, karena kita bukan orang kurang kerjaan yang mau mengeluarkan uang untuk membuat jantung seperti dihempas ke udara. Bagaimana bila rupanya diam-diam juga kamu menyimpan rasa? Bagaimana bila aku berani bilang supaya aku tahu yang sebenarnya sedang disembunyikan?

Sial, kembali lagi kita ke topik utama.

Aku tidak akan pernah bilang, Tuan. Kamupun tahu aku bukan pribadi yang banyak bicara. Aku lebih suka diam. Padahal aku juga ingin menyapa. Sekadar ucapan “Selamat siang” atau “Sudah makan?” ketika kita berpapasan di pintu kelas.

Tapi, apalah daya bahasaku bila ada jutaan bahasa lain yang lebih elok nan indah di luar sana. Apalah dayaku? Sudah mati rasa, saat jatuh cinta justru kepada rembulan. Favorit semua orang.

Jadi, izinkan aku mencintaimu dalam diam, Tuan. Hingga pena karatan di atas meja itu berhasil kuangkat, atau hingga perasaan ini usang lalu menghilang.

--

--